Mobil Tua vs Mobil Baru
Sebentar lagi
Pemilukada di NTB akan berlangsung, suasana semakin menghangat. Dalam bulan Mei
2013, di provinsi ini akan berlangsung (dilaksanakan) tiga pesta demokrasi
secara serentak, dan dilakukan secara langsung. Ada pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur NTB, pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lombok Timur,
dan pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bima. Ketiga pemilihan ini untuk
yang ke dua kali dilakukan secara langsung (Pemilukadasung). Dilihat dari usia
untuk bakal calon (balon) gubernur, bupati dan wali kota yang akan beradu, ada
yang sudah berusia lanjut / “uzur” (60 tahun ke atas), dan ada juga yang masih
tergolong muda (di bawah 60 tahun). Sedangkan pasangannya, bakal calon wakil
gubernur, wakil bupati, dan wakil wali kota rata-rata masih tergolong muda. Di
antara mereka, terdapat wajah-wajah lama, dan ada pula pendatang baru. Sehingga,
kalau diibaratkan, dalam Pemilukada nanti akan beradu antara mobil tua melawan
mobil baru atau mobil setengah baru. Usia lanjut, yang ibaratnya seperti mobil
tua serimg kali kita jumpai dalam Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden, serta untuk memilih anggota legislatif.
Secara teoritis, usia
60 tahun ke atas sudah tidak lagi produktif. Apalagi untuk berfikir kreatif,
inovatif, dan berani melakukan perubahan mendasar yang drastis. Sedangkan usia
di bawah 60 tahun sebaliknya. Pemimpin tua ibarat mobil tua, dan pemimpin muda
ibarat mobil baru atau setengah baru. Apabila keduanya beradu dalam sebuah balapan
di jalan raya atau sirkuit, jelas akan kalah mobil tua dari mobil baru atau sentengah
baru. Disamping itu, mobil tua membutuhkan biaya operasional atau perawatan
yang jauh lebih tinggi, bila dibandingkan dengan mobil baru atau setengah baru.
Mobil tua sering berkunjung ke bengkel atau ke luar masuk bengkel untuk
mengganti onderdil atau turun mesin. Kalau onderdil yang dibutuhkan tersedia,
maka baru bisa melanjutkan perjalanannya setelah diperbaiki dalam waktu
beberapa hari. Tetapi kalau belum ada, mobil tua tidak bisa melanjutkan
perjalanan, dan asyik menunggu onderdil pesanannya yang akan tiba seminggu lagi,
bahkan lebih. Sementara mobil baru atau sentengah baru, dalam perjalanannya terus
melaju, melang-lang buana, menyeberangi lautan, bahkan mencapai tujuan dengan
cepat. Kalau pun masuk bengkel, paling untuk servis ringan yang membutuhkan
waktu tidak lama, setengah hari atau satu hari.
Oleh karena itu, kita
harus cerdas memilih mobil baru atau setengah baru yang siap tancap gas,
berlari jauh dan gesit menjawab dan menerjang hambatan-hambatan di jalanan.
Jangan sampai masyarakat (rakyat) dalam Pemilu atau Pemilukada memilih mobil
tua yang mogok terus di tengah jalan, lantaran memang sudah tua. Seperti kata Iwan
Fals dalam sebuah lagunya, “pak tua, sudahlah”. Orang tua mesti tahu diri,
berilah kesempatan kaum muda.
Jerowaru Lombok Timur,
10 Maret 2013.
Sebentar lagi
Pemilukada di NTB akan berlangsung, suasana semakin menghangat. Dalam bulan Mei
2013, di provinsi ini akan berlangsung (dilaksanakan) tiga pesta demokrasi
secara serentak, dan dilakukan secara langsung. Ada pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur NTB, pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Lombok Timur,
dan pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bima. Ketiga pemilihan ini untuk
yang ke dua kali dilakukan secara langsung (Pemilukadasung). Dilihat dari usia
untuk bakal calon (balon) gubernur, bupati dan wali kota yang akan beradu, ada
yang sudah berusia lanjut / “uzur” (60 tahun ke atas), dan ada juga yang masih
tergolong muda (di bawah 60 tahun). Sedangkan pasangannya, bakal calon wakil
gubernur, wakil bupati, dan wakil wali kota rata-rata masih tergolong muda. Di
antara mereka, terdapat wajah-wajah lama, dan ada pula pendatang baru. Sehingga,
kalau diibaratkan, dalam Pemilukada nanti akan beradu antara mobil tua melawan
mobil baru atau mobil setengah baru. Usia lanjut, yang ibaratnya seperti mobil
tua serimg kali kita jumpai dalam Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil
Presiden, serta untuk memilih anggota legislatif.
Secara teoritis, usia
60 tahun ke atas sudah tidak lagi produktif. Apalagi untuk berfikir kreatif,
inovatif, dan berani melakukan perubahan mendasar yang drastis. Sedangkan usia
di bawah 60 tahun sebaliknya. Pemimpin tua ibarat mobil tua, dan pemimpin muda
ibarat mobil baru atau setengah baru. Apabila keduanya beradu dalam sebuah balapan
di jalan raya atau sirkuit, jelas akan kalah mobil tua dari mobil baru atau sentengah
baru. Disamping itu, mobil tua membutuhkan biaya operasional atau perawatan
yang jauh lebih tinggi, bila dibandingkan dengan mobil baru atau setengah baru.
Mobil tua sering berkunjung ke bengkel atau ke luar masuk bengkel untuk
mengganti onderdil atau turun mesin. Kalau onderdil yang dibutuhkan tersedia,
maka baru bisa melanjutkan perjalanannya setelah diperbaiki dalam waktu
beberapa hari. Tetapi kalau belum ada, mobil tua tidak bisa melanjutkan
perjalanan, dan asyik menunggu onderdil pesanannya yang akan tiba seminggu lagi,
bahkan lebih. Sementara mobil baru atau sentengah baru, dalam perjalanannya terus
melaju, melang-lang buana, menyeberangi lautan, bahkan mencapai tujuan dengan
cepat. Kalau pun masuk bengkel, paling untuk servis ringan yang membutuhkan
waktu tidak lama, setengah hari atau satu hari.
Oleh karena itu, kita
harus cerdas memilih mobil baru atau setengah baru yang siap tancap gas,
berlari jauh dan gesit menjawab dan menerjang hambatan-hambatan di jalanan.
Jangan sampai masyarakat (rakyat) dalam Pemilu atau Pemilukada memilih mobil
tua yang mogok terus di tengah jalan, lantaran memang sudah tua. Seperti kata Iwan
Fals dalam sebuah lagunya, “pak tua, sudahlah”. Orang tua mesti tahu diri,
berilah kesempatan kaum muda.
Jerowaru Lombok Timur,
10 Maret 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan masukan komentar Anda, tapi pergunakan bahasa yang sopan dan jangan tinggalkan spam.