Minggu, 27 Januari 2013

Dahlan Iskan Berhenti, PLN Kumat Lagi

Pada masa Bapak Dahlan Iskan menjabat sebagai Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN), Pulau Lombok ditetapkan sebagai kawasan bebas pemadaman. Tidak tanggung-tanggung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sendiri yang meresmikan penetapan itu. Masyarakat menyambut gembira itekad baik pemerintah tersebut, mengingat sebelum Bapak Dahlan Iskan memegang tampuk kepemimpinan tertinggi di PLN, listrik sering mati di Pulau Lombok, baik berupa pemadaman bergilir maupun pemadaman tiba-tiba karena ada gangguan (kerusakan) jaringan. Sehingga masyarakat menjadi kecewa. Mereka kecewa karena mengalami kerugian. Listrik tidak saja sering mati pada malam hari, tetapi kerap kali juga mati pada siang hari. Dengan demikian, masyarakat tidak saja dirugikan dengan terjadinya kegelapan, tetapi juga dirugikan karena usaha atau pekerjaan mereka tidak berjalan normal. Bahkan mengakibatkan terjadinya keruskan elektronok milik masyarakat atau instansi pemerintah dan swasta. Setelah ditetapkan sebagai kawasan bebas pemadaman, masyarakat tenang dalam mejalani kehidupannya di malam hari, serta menjalankan usahanya di siang hari dan ada juga yang malam hari. Sebab setelah itu, listrik boleh dibilang tidak pernah mati lagi, kalaupun mati cuma sebentar saja yang disebabkan adanya gangguan jariangan, tidak seperti sebelumnya. Keadaan ini tentu saja sangat menguntungkan bagi masyarakat. Tidak saja diuntungkan dalam hubungannya dengan kelancaran usaha atau pekerjaan mereka, tetapi dengan normalnya nyala listrik dapat juga membantu mencegah (mengurangi) gangguan keamanan yang sering terjadi pada malam hari. Kegembiran yang dirasakan masyarakat Pulau Lombok ternyata tidak berlangsung lama. Seiring dengan berhentinya Bapak Dahlan Iskan menjadi Direktur Utama PLN, dan diangkat menjadi Menteri Negara BUMN oleh Presiden SBY, penyakit lama PLN kambuh lagi. Pelanggan PLN kembali harus kecewa, dan hanya dapat mengeluh. Setelah cukup lama masyarakat (pelanggan) tidak mengalami pemadaman, sekarang listrik mati bisa lebih dari tiga kali dalam seminggu. Kondisi ini salam dengan sebelum Bapak Dahlan Iskan menggawangi PLN. Alasan yang dikemukakan oleh pihak PLN karena adanya gangguan (kerusakan) jaringan dan untuk memperbaikinya membutuhkan waktu. Ini adalah lagu lama yang diputar kembali oleh PLN, sekaligus merupakan penyakit lama yang kambuh kembali. Hal ini aneh, mengingat pada masa Bapak Dahlan Iskan masalah tersebut dapat diatasi, tetapi setelah beliau berhenti kok terjadi lagi. Kerusakan jaringan yang terjadi pada saat Direktur Utama dijabat Bapak Dahlan Iskan dapat diantisipasi, tetapi setelah bilau menjadi menteri kenapa penggantinya tidak dapat dengan cepat mengambil langkah pencegahan. Ada apa sesungguhnya dengan kondisi seperti ini? Mengapa pejabat yang memegang pimpinan tertinggi PLN yang sekarang tidak mengikuti langkah-langkah kepemimpinan direktur utama sebelumnya. Bapak Dahlan Iskan dengan gaya kepemimpinannya yang khas, dapat mengatasi persoalan listrik di negeri ini dengan begitu cemerlang. Ayolah PLN sadarlah dan segeralah kembali berbenah. Kebutuhan listrik vital bagi masyarakat, serta akibat sering mati listrik mengakibatkan aktivitas terganggu dan kerugian harus dialami masuarakat, terutama yang bergerak disektor bisnis. Janganlah dengan alasan jaringan yang rusak, tampa adanya antisipasi yang cemerlang, menjadi pembenar dalam seringnya mati listrik (tindakan mematikan listrik). Jangan pula karena alasan PLN selalu merugi, lalu masyarakat (pelanggan) dikorbankan. Listrik merupakan kebutuhan rakyat, dan diperuntukkan untuk rakyat, karena pembiayaannya berasal dari uang rakyat. Oleh karena itu, sudah sewajarnya dan bahkan wajib, rakyat mendapat pelayanan terbaik dari pihak PLN. Jerowaru Lombok Timur, 5 Desember 2011.
Pada masa Bapak Dahlan Iskan menjabat sebagai Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara (PLN), Pulau Lombok ditetapkan sebagai kawasan bebas pemadaman. Tidak tanggung-tanggung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sendiri yang meresmikan penetapan itu. Masyarakat menyambut gembira itekad baik pemerintah tersebut, mengingat sebelum Bapak Dahlan Iskan memegang tampuk kepemimpinan tertinggi di PLN, listrik sering mati di Pulau Lombok, baik berupa pemadaman bergilir maupun pemadaman tiba-tiba karena ada gangguan (kerusakan) jaringan. Sehingga masyarakat menjadi kecewa. Mereka kecewa karena mengalami kerugian. Listrik tidak saja sering mati pada malam hari, tetapi kerap kali juga mati pada siang hari. Dengan demikian, masyarakat tidak saja dirugikan dengan terjadinya kegelapan, tetapi juga dirugikan karena usaha atau pekerjaan mereka tidak berjalan normal. Bahkan mengakibatkan terjadinya keruskan elektronok milik masyarakat atau instansi pemerintah dan swasta. Setelah ditetapkan sebagai kawasan bebas pemadaman, masyarakat tenang dalam mejalani kehidupannya di malam hari, serta menjalankan usahanya di siang hari dan ada juga yang malam hari. Sebab setelah itu, listrik boleh dibilang tidak pernah mati lagi, kalaupun mati cuma sebentar saja yang disebabkan adanya gangguan jariangan, tidak seperti sebelumnya. Keadaan ini tentu saja sangat menguntungkan bagi masyarakat. Tidak saja diuntungkan dalam hubungannya dengan kelancaran usaha atau pekerjaan mereka, tetapi dengan normalnya nyala listrik dapat juga membantu mencegah (mengurangi) gangguan keamanan yang sering terjadi pada malam hari. Kegembiran yang dirasakan masyarakat Pulau Lombok ternyata tidak berlangsung lama. Seiring dengan berhentinya Bapak Dahlan Iskan menjadi Direktur Utama PLN, dan diangkat menjadi Menteri Negara BUMN oleh Presiden SBY, penyakit lama PLN kambuh lagi. Pelanggan PLN kembali harus kecewa, dan hanya dapat mengeluh. Setelah cukup lama masyarakat (pelanggan) tidak mengalami pemadaman, sekarang listrik mati bisa lebih dari tiga kali dalam seminggu. Kondisi ini salam dengan sebelum Bapak Dahlan Iskan menggawangi PLN. Alasan yang dikemukakan oleh pihak PLN karena adanya gangguan (kerusakan) jaringan dan untuk memperbaikinya membutuhkan waktu. Ini adalah lagu lama yang diputar kembali oleh PLN, sekaligus merupakan penyakit lama yang kambuh kembali. Hal ini aneh, mengingat pada masa Bapak Dahlan Iskan masalah tersebut dapat diatasi, tetapi setelah beliau berhenti kok terjadi lagi. Kerusakan jaringan yang terjadi pada saat Direktur Utama dijabat Bapak Dahlan Iskan dapat diantisipasi, tetapi setelah bilau menjadi menteri kenapa penggantinya tidak dapat dengan cepat mengambil langkah pencegahan. Ada apa sesungguhnya dengan kondisi seperti ini? Mengapa pejabat yang memegang pimpinan tertinggi PLN yang sekarang tidak mengikuti langkah-langkah kepemimpinan direktur utama sebelumnya. Bapak Dahlan Iskan dengan gaya kepemimpinannya yang khas, dapat mengatasi persoalan listrik di negeri ini dengan begitu cemerlang. Ayolah PLN sadarlah dan segeralah kembali berbenah. Kebutuhan listrik vital bagi masyarakat, serta akibat sering mati listrik mengakibatkan aktivitas terganggu dan kerugian harus dialami masuarakat, terutama yang bergerak disektor bisnis. Janganlah dengan alasan jaringan yang rusak, tampa adanya antisipasi yang cemerlang, menjadi pembenar dalam seringnya mati listrik (tindakan mematikan listrik). Jangan pula karena alasan PLN selalu merugi, lalu masyarakat (pelanggan) dikorbankan. Listrik merupakan kebutuhan rakyat, dan diperuntukkan untuk rakyat, karena pembiayaannya berasal dari uang rakyat. Oleh karena itu, sudah sewajarnya dan bahkan wajib, rakyat mendapat pelayanan terbaik dari pihak PLN. Jerowaru Lombok Timur, 5 Desember 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan masukan komentar Anda, tapi pergunakan bahasa yang sopan dan jangan tinggalkan spam.