Minggu, 27 Januari 2013

Susahnya Bersikap Saling Menghargai dalam Forum Pertemuan Resmi

Ternyata sikap saling menghargai belum sepenuhnya menjadi kebutuhan dan merupakan budaya bagi sebagian kita. Seperti yang saya alami pada sebuah forum pertemuan resmi di tingkat kabupaten kemarin, Kamis, 1 Desember 2011. Saya merupakan salah satu undangan dalam forum yang diselenggarakan oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transimigrasi Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang dilaksanakan di Gedung Balai Latihan Kerja (BLK) Lombok Timur. Pertemuan tersebut bertemakan Bimbingan Teknis Servis Provider (Pencatatan Kesehatan dan Pendidikan) Lokasi Program Keluarga Harapan (PKH) tahun 2011. Pelaksanaan kegiatan itu memberikan kesan dan pembelajaran yang kurang baik dalam hubungannya dengan sikap saling menghargai. Kurangnya sikap saling menghargai, juga sering kali saya temukan dalam forum-forum pertemuan resmi lainnya yang pernah saya ikuti. Saling menghargai merupakan aspek yang bergitu penting dan mendasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Aspek demokrasi ini akan mendorong kedisiplinan, terjadinya kenyamanan, ketertiban, keharmonisan dan kelancaran pencapaian suatu tujuan. Oleh karena itu, sikap saling menghargai harus dikembangkan dan dibudayakan, menjadi kebutuhan dalam kehidupan, termasuk dalam forum-forum pertemuan resmi. Namun tidak semua kita dapat mengambil tindakan dan keputusan seperti itu, seperti yang tercermin dalam forum pertemuan resmi yang saya ikuti di atas. Pengalaman yang kurang berkesan bagi saya dalam pelaksanaan kegitan, antara lain : 1) sikap kurang menghargai waktu; 2) sikap kurang menghargai pembicaraan orang lain; dan 3) sikap kurang menghargai budaya antre. Sesuai dengan undangan kegiatan Bimbingan Teknis (Bintek) Servis Provider (Pencatatan Kesehatan dan Pendidikan) PKH tahun 2011 dilaksanakan mulai pukul 08.00 wita, dan diakhiri pada pukul 12.00 wita. Saya dan sebagian peserta sudah berada di lokasi acara sejak sebelum pukul 08.00, sementara sebagian peserta datang terlambat di atas waktu dimulainya kegiatan. Para peserta yang diundang berasal dari unsur/perwakilan pemerintah kecamatan (camat), pemerintah desa (kepala desa, kadus), kalangan pendidikan (kepala UPTD Dikpora kecamatan, kepala sekolah), dan kalangan kesehatan (kepala puskesmas, perawat/bidan). Ternyata acara tersebut tidak dapat dilaksanakan tepat waktu. Kami sebagai peserta kegiatan menunggu cukup lama, karena nara sumber dan beberapa panitia belum hadir. Acara molor dan baru dimulai kurang lebih pada pukul 10.30 wita. Sehingga waktu berakhirnya juga molor sampai pukul 13.30 wita. Pelaksanaan kegiatan menjadi tidak efektif, materi-materi bintek disampaikan secara tergesa-gesa, dan bahkan beberapa materi kegiatan tidak dapat disampaikan. Dampak lain dari pelaksanaan kegiatan yang molor, adalah beberapa kegiatan atau urusan dinas lain yang sudah saya rencanakan dan seharusnya saya selesaikan dengan segera pada hari itu di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten dan di bank, terpaksa harus molor sampai sore hari, pukul 16.00 wita. Para peserta yang lain juga mungkin punya kepentingan lain seperti halnya saya, tetapi karena kegiatan tidak sesuai dengan rencana semula, jadi tidak bisa dilakukan. Pengalaman ini mencerminkan kita masih kurang dalam menghargai waktu, baik sebagai peserta, panitia maupun nara sumber. Banyak waktu yang terbuang sia-sia. Akibatnya, tujuan suatu kegiatan yang diharpkan tidak tercapai sesuai target yang telah ditetapkan. Pada saat berlangsungnya kegiatan para peserta bintek, tidak semua memperhatiakan dengan cermat apa yang disampaikan oleh nara sumber, dan pembicara lainnya, termasuk yang berasal dari unsur peserta sendiri. Ada beberapa sikap yang kurang menghargai pembicaraan orang lain yang tampak dalam pelaksanaan kegiatan itu. Banyak peserta yang asyik mengobrol pada saat nara sumber sedang menjelaskan materi bintek. Sebagian peserta tetap mengaktifkan hand phone (HP) dengan suara yang deringan mengganggu suasana dan konsentrasi peserta lain maupun nara sumber. Bahkan ada peserta yang berbicara melalui HP di dalam ruang pertemuan. Pada saat sesi tanya jawab suasana lebih kacau lagi, sebagian peserta mencemooh atau menyoraki peserta yang mengajukan pertanyaan atau jawaban. Suasana jadi gaduh, dan apa yang didiskusikan, dipertanyakan dan jawabannya seakan menjadi kehilangan makna, tertelan oleh gaduhnya suara para peserta. Keadaan yang gaduh dan kacau memang sudah dimulai sejak awal pertemuan. Pada saat absensi kehadiran, sebagian peserta tidak sabaran untuk mengantre, mereka saling berebutan satu dengan yang lain. Sehingga tampak suasana yang ribut dan tidak tertib. Hal ini tambah diperparah dengan sedikitnya panitia yang terlibat dalam tahap registrasi peserta itu, sehingga tidak bisa mengendalian peserta yang kurang sabar. Susana rebut-ribut tersebut, ternyata berlanjut pada saat selesainya acara. Pada bagian akhir ini, ada pemberian uang transport bagi peserta, jumlah yang diterima sebenarnya tidak seberapa. Para peserta berebutan ingin segera dapat amplop, tidak sabaran untuk antre dipanggil satu persatu oleh panitia. Mungkin ini didorong oleh terlambatnya berakhir kegiatan, panasnya hawa ruangan, dan para peserta ingin cepat pulang atau pergi mengurus keperluan/urusan yang lainnya. Berdasarkan kondisi di atas, kita sesungguhnya masih perlu belajar banyak tentang sikap berdemokrasi, bertoleransi, dan memupuk kesabaran. Kita perlu sadar dan bercermin pada diri sendiri. Menilai dan mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri secara obyektif, baru menilai kelemahan dan kekurangan orang lain, merupakan langkah yang bijak dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk dalam forum pertemuan resmi. Inilah yang sulit pada setiap individu, dan aspek ini perlu kita tumbuh kembangkan dalam diri. Sehingga kita bisa bersikap menghargai satu sama lain, dan dapat membudayakannya (menghargai waktu, pembicaraan orang lain dan antre) dalam berinteraksi sosial, atau dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sebagaimana di negara-negara yang telah maju. Jerowaru Lombok Timur, 2 Desember 2011.
Ternyata sikap saling menghargai belum sepenuhnya menjadi kebutuhan dan merupakan budaya bagi sebagian kita. Seperti yang saya alami pada sebuah forum pertemuan resmi di tingkat kabupaten kemarin, Kamis, 1 Desember 2011. Saya merupakan salah satu undangan dalam forum yang diselenggarakan oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transimigrasi Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang dilaksanakan di Gedung Balai Latihan Kerja (BLK) Lombok Timur. Pertemuan tersebut bertemakan Bimbingan Teknis Servis Provider (Pencatatan Kesehatan dan Pendidikan) Lokasi Program Keluarga Harapan (PKH) tahun 2011. Pelaksanaan kegiatan itu memberikan kesan dan pembelajaran yang kurang baik dalam hubungannya dengan sikap saling menghargai. Kurangnya sikap saling menghargai, juga sering kali saya temukan dalam forum-forum pertemuan resmi lainnya yang pernah saya ikuti. Saling menghargai merupakan aspek yang bergitu penting dan mendasar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Aspek demokrasi ini akan mendorong kedisiplinan, terjadinya kenyamanan, ketertiban, keharmonisan dan kelancaran pencapaian suatu tujuan. Oleh karena itu, sikap saling menghargai harus dikembangkan dan dibudayakan, menjadi kebutuhan dalam kehidupan, termasuk dalam forum-forum pertemuan resmi. Namun tidak semua kita dapat mengambil tindakan dan keputusan seperti itu, seperti yang tercermin dalam forum pertemuan resmi yang saya ikuti di atas. Pengalaman yang kurang berkesan bagi saya dalam pelaksanaan kegitan, antara lain : 1) sikap kurang menghargai waktu; 2) sikap kurang menghargai pembicaraan orang lain; dan 3) sikap kurang menghargai budaya antre. Sesuai dengan undangan kegiatan Bimbingan Teknis (Bintek) Servis Provider (Pencatatan Kesehatan dan Pendidikan) PKH tahun 2011 dilaksanakan mulai pukul 08.00 wita, dan diakhiri pada pukul 12.00 wita. Saya dan sebagian peserta sudah berada di lokasi acara sejak sebelum pukul 08.00, sementara sebagian peserta datang terlambat di atas waktu dimulainya kegiatan. Para peserta yang diundang berasal dari unsur/perwakilan pemerintah kecamatan (camat), pemerintah desa (kepala desa, kadus), kalangan pendidikan (kepala UPTD Dikpora kecamatan, kepala sekolah), dan kalangan kesehatan (kepala puskesmas, perawat/bidan). Ternyata acara tersebut tidak dapat dilaksanakan tepat waktu. Kami sebagai peserta kegiatan menunggu cukup lama, karena nara sumber dan beberapa panitia belum hadir. Acara molor dan baru dimulai kurang lebih pada pukul 10.30 wita. Sehingga waktu berakhirnya juga molor sampai pukul 13.30 wita. Pelaksanaan kegiatan menjadi tidak efektif, materi-materi bintek disampaikan secara tergesa-gesa, dan bahkan beberapa materi kegiatan tidak dapat disampaikan. Dampak lain dari pelaksanaan kegiatan yang molor, adalah beberapa kegiatan atau urusan dinas lain yang sudah saya rencanakan dan seharusnya saya selesaikan dengan segera pada hari itu di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten dan di bank, terpaksa harus molor sampai sore hari, pukul 16.00 wita. Para peserta yang lain juga mungkin punya kepentingan lain seperti halnya saya, tetapi karena kegiatan tidak sesuai dengan rencana semula, jadi tidak bisa dilakukan. Pengalaman ini mencerminkan kita masih kurang dalam menghargai waktu, baik sebagai peserta, panitia maupun nara sumber. Banyak waktu yang terbuang sia-sia. Akibatnya, tujuan suatu kegiatan yang diharpkan tidak tercapai sesuai target yang telah ditetapkan. Pada saat berlangsungnya kegiatan para peserta bintek, tidak semua memperhatiakan dengan cermat apa yang disampaikan oleh nara sumber, dan pembicara lainnya, termasuk yang berasal dari unsur peserta sendiri. Ada beberapa sikap yang kurang menghargai pembicaraan orang lain yang tampak dalam pelaksanaan kegiatan itu. Banyak peserta yang asyik mengobrol pada saat nara sumber sedang menjelaskan materi bintek. Sebagian peserta tetap mengaktifkan hand phone (HP) dengan suara yang deringan mengganggu suasana dan konsentrasi peserta lain maupun nara sumber. Bahkan ada peserta yang berbicara melalui HP di dalam ruang pertemuan. Pada saat sesi tanya jawab suasana lebih kacau lagi, sebagian peserta mencemooh atau menyoraki peserta yang mengajukan pertanyaan atau jawaban. Suasana jadi gaduh, dan apa yang didiskusikan, dipertanyakan dan jawabannya seakan menjadi kehilangan makna, tertelan oleh gaduhnya suara para peserta. Keadaan yang gaduh dan kacau memang sudah dimulai sejak awal pertemuan. Pada saat absensi kehadiran, sebagian peserta tidak sabaran untuk mengantre, mereka saling berebutan satu dengan yang lain. Sehingga tampak suasana yang ribut dan tidak tertib. Hal ini tambah diperparah dengan sedikitnya panitia yang terlibat dalam tahap registrasi peserta itu, sehingga tidak bisa mengendalian peserta yang kurang sabar. Susana rebut-ribut tersebut, ternyata berlanjut pada saat selesainya acara. Pada bagian akhir ini, ada pemberian uang transport bagi peserta, jumlah yang diterima sebenarnya tidak seberapa. Para peserta berebutan ingin segera dapat amplop, tidak sabaran untuk antre dipanggil satu persatu oleh panitia. Mungkin ini didorong oleh terlambatnya berakhir kegiatan, panasnya hawa ruangan, dan para peserta ingin cepat pulang atau pergi mengurus keperluan/urusan yang lainnya. Berdasarkan kondisi di atas, kita sesungguhnya masih perlu belajar banyak tentang sikap berdemokrasi, bertoleransi, dan memupuk kesabaran. Kita perlu sadar dan bercermin pada diri sendiri. Menilai dan mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri secara obyektif, baru menilai kelemahan dan kekurangan orang lain, merupakan langkah yang bijak dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk dalam forum pertemuan resmi. Inilah yang sulit pada setiap individu, dan aspek ini perlu kita tumbuh kembangkan dalam diri. Sehingga kita bisa bersikap menghargai satu sama lain, dan dapat membudayakannya (menghargai waktu, pembicaraan orang lain dan antre) dalam berinteraksi sosial, atau dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sebagaimana di negara-negara yang telah maju. Jerowaru Lombok Timur, 2 Desember 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan masukan komentar Anda, tapi pergunakan bahasa yang sopan dan jangan tinggalkan spam.