Minggu, 27 Januari 2013

Lebih Baik Minta Uang atau Beras daripada Minta Air

Kekurangan air bersih merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh masyarakat Pulau Lombok bagian selatan. Salah satu wilayah yang kerap menghadapi persoalan ini adalah daerah bagian selatan Kabupaten Lombok Timur, tepatnya di wilayah Kecamatan Jerowaru dan Kecamatan Keruak. Di Kecamatan Jerowaru wilayah yang selalu kekuramgan air bersih, meliputi Desa Batunampar, Desa Pemongkong dan desa-desa yang merupakan pemekaran dari dua desa induk tersebut, termasuk di dalamnya adalah pulau-pulau kecil (gili) yang ada di sekitarnya. Sedangkan di wilayah Kecamatan Keruak wilayah yang tidak pernah terlepas dari persoalan kekurangan air bersih, terdapat di Desa Tanjung Luar dan pulu-pulu kecil (gili) yang masuk ke dalam wilayah desa tersebut. Wilayah selatan Kabupaten Lombok Timur, pada musim kemarau terkenal hawanya sangat panas, sehingga masalah kekurangan air bersih selalu terjadi. Persoalan langkanya air bersih yang dialami masyarakat setempat, seolah-olah merupakan masalah yang tidak dapat diselesaikan atau memperoleh solusi yang terbaik. Beberapa langkah kebijakan memang telah dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Misalanya pengaliran air dari wilayah utara Pulau Lombok ke wilayah selatan (Jerowaru dan Keruak) dengan pipa, pembangunan tempat penampungan air bersih dan lain sebagainya. Tetapi langkah itu merupakan usaha sia-sia, dan terkesan hanya menghabur-hamburkan uang negara. Sebab setelah proyek yang dananya merupakan bantuan luar negeri dan berasal dari APBN tersebut diresemikan, air yang dialirkan atau ditampung berhenti dan macet seiring dengan berlalunya para pejabat pusat yang meresemikan. Sampai dengan sekarang tinggal satu jalur aliran pipa air bersih yang masih berfungsi. Tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, hanya sebagian kecil yang dapat dilayani. Itu pun airnya tidak lancar mengalir, datangnya Senin Kamis, terkadang mengalir satu minggu tidak tiga minggu. Anehnya walaupun air tidak tetap mengalir, masyarakat harus tetap membayar ke PDAM Kabupaten Lombok Timur. Langkah terakhir yang diupayakan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Lombok Timur untuk membatu masyarakat bagian selatan yang mengalami kekurangan air bersih adalah dengan mendistribusikan air memakai mobil pemadam kebakaran. Namun usaha ini sekalipun dapat membantu, tetap saja tidak mampu melayani seluruh masyarakat yang membutuhkan air bersih. Karena mobil yang dioperasikan untuk mendistribusikan air terbatas, dan sekarang dari yang semula ada tiga moil, tinggal dua yang difungsikan. Pendistribusian pun tidak lancar, karena dana operasional tidak lancar mengucur dari Pemda. Akibatnya, masyarakat yang menerima distribusi air harus menanggung (dipungut) biaya operasionalnya. Kondisi di atas menggambarkan tentang sulitnya air bersih di wilayah selatan Kabupaten Lombok Timur. Sehingga setiap musim kemarau tiba, masyarakat setempat selalu kerepotan dengan masalah air bersih. Seperti sekarang ini, walaupun hujan sudah mulai turun, tetapi air bersih masih menjadi barang langka, karea debit hujan masih terlalu kecil untuk tersimpan di dalam bumi sebaga air bersih yang dibutuhkan masyarakat, belum mampu mengairi sumur-sumur warga. Air bersih merupakan masalah yang begitu akrab dengan kehidupan masyarakat setempat. Karena pemerintah belum mampu memenuhinya, masyarakat harus tetap berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan pokoknya tersebut. Mereka harus berusaha memenuhinya dengan susah payah. Ada di antara mereka yang memperoleh air bersih dengan mengambil di sumur-sumur yang cukup jauh dari tempat tinggalnya, serta harus diperoleh dengan bagun pagi-pagi (subuh) dan harus antri dengan warga lainnya yang sama-sama haus dengan air. Banyak juga di antara mereka yang harus merogoh kocek membeli air bersih dengan jerigen, yang harganya berkisar antara Rp. 1.000 – 2.500 per jerigen. Air yang mereka peroleh dengan susah payah tersebut, harus dipakai sehemat-hematnya. Air bersih dimanfaatkan terutama untuk keperluan masak, mencuci, mandi dan keperluan ibadah. Tetapi sekali lagi pemanfaatannya harus seirit mungkin. Oleh karena itu, jangan heran kalau ada orang di wilayah tersebut yang hanya mandi satu kali dalam sehari, bahkan tidak mandi dalam satu atau beberapa hari, tergantung keadaan air yang dapat dikumpulkan (peroleh). Jangan juga heran kalau masyarakat setempat hanya mencuci pakaian satu kali dalam satu minggu atau dua minggu. Memperoleh satu leter air bagi masyarakat setempat lebih susah dari pada mendapatkan satu kilo gram beras. Apalagi pemerintah sampai dengan sekarang tetap mendistribusikan beras miskin (raskin), walaupun kualitasnya kurang/tidak baik. Oleh karena masyarakat setempat begitu akrab dengan masalah kekurangan air bersih, susah memperolehnya pada musim kemarau, maka apabila kita berkunjung ke wilayah tersebut berat rasanya kita meminta air secara percuma untuk menghilangkan dahaga walaupun hanya seteguk. Seolah-olah lebih baik kita minta uang atau beras daripada meminta air. Sampai kapan masalah ini dapat terselesaikan, memperoleh solusi untuk mengatasinya. Hanya pemerintah selaku penentu kebijakan yang mampu menjawabnya. Harapan terakhir masyarakat untuk dapat mengatasi kesulitan air, berada pada seberapa cepat penyelesaian mega proyek Bendungan Pandan Dure dan proyek pipanisasi terbaru yang sedang dikerjakan. Proyek pengaliran air dari wilayah Kecamatan Montong Betok ke wilayah selatan, sampai dengan sekarang masih menunai masalah dan diperkirakan tidak mampu memenuhi kebutuhan air bersih seluruh masyarakat di wilayah selatan. Semoga peroyek ini tidak mengalami nasib yang sama dengan proyek pipanisasi sebelumnya, yang setelah diresemikan airnya berhenti mengalir. Sedangkan Bendungan Pandan Dure yang juga berada di wilayah Kabupaten Lombok Timur, diperkirakan mampu mengairi seluruh areal lahan pertanian di wilayah selatan Kabupaten Lombok Timur dan sebagian wilayah selatan Kabupaten Lombok Tengah. Tetapi apabila bendungan tersebut tidak mampu dikelola sebagai seumber air bersih, hanya untuk mengairi lahan pertanian saja (air irigasi), serta proyek pipanisasi air bersih yang masih dikerjakan tidak dituntaskan masalahnya dengan sebaik-baiknya dan sumber mata airnya tetap terjaga dengan memelihara hutan Taman Gunung Renjani dari penebangan liar, maka persoalan air bersih bagi masyarakat Kabupaten Lombok Timur bagian selatan masih tetap berlanjut, dan masih akrab lagi menyapa kehidupan mereka. Semoga ada solusi terbaik untuk mengatasi masalah tersebut. Amin. Jerowaru Lombok Timur, 28 Nopember 2011.
Kekurangan air bersih merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh masyarakat Pulau Lombok bagian selatan. Salah satu wilayah yang kerap menghadapi persoalan ini adalah daerah bagian selatan Kabupaten Lombok Timur, tepatnya di wilayah Kecamatan Jerowaru dan Kecamatan Keruak. Di Kecamatan Jerowaru wilayah yang selalu kekuramgan air bersih, meliputi Desa Batunampar, Desa Pemongkong dan desa-desa yang merupakan pemekaran dari dua desa induk tersebut, termasuk di dalamnya adalah pulau-pulau kecil (gili) yang ada di sekitarnya. Sedangkan di wilayah Kecamatan Keruak wilayah yang tidak pernah terlepas dari persoalan kekurangan air bersih, terdapat di Desa Tanjung Luar dan pulu-pulu kecil (gili) yang masuk ke dalam wilayah desa tersebut. Wilayah selatan Kabupaten Lombok Timur, pada musim kemarau terkenal hawanya sangat panas, sehingga masalah kekurangan air bersih selalu terjadi. Persoalan langkanya air bersih yang dialami masyarakat setempat, seolah-olah merupakan masalah yang tidak dapat diselesaikan atau memperoleh solusi yang terbaik. Beberapa langkah kebijakan memang telah dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Misalanya pengaliran air dari wilayah utara Pulau Lombok ke wilayah selatan (Jerowaru dan Keruak) dengan pipa, pembangunan tempat penampungan air bersih dan lain sebagainya. Tetapi langkah itu merupakan usaha sia-sia, dan terkesan hanya menghabur-hamburkan uang negara. Sebab setelah proyek yang dananya merupakan bantuan luar negeri dan berasal dari APBN tersebut diresemikan, air yang dialirkan atau ditampung berhenti dan macet seiring dengan berlalunya para pejabat pusat yang meresemikan. Sampai dengan sekarang tinggal satu jalur aliran pipa air bersih yang masih berfungsi. Tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, hanya sebagian kecil yang dapat dilayani. Itu pun airnya tidak lancar mengalir, datangnya Senin Kamis, terkadang mengalir satu minggu tidak tiga minggu. Anehnya walaupun air tidak tetap mengalir, masyarakat harus tetap membayar ke PDAM Kabupaten Lombok Timur. Langkah terakhir yang diupayakan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Lombok Timur untuk membatu masyarakat bagian selatan yang mengalami kekurangan air bersih adalah dengan mendistribusikan air memakai mobil pemadam kebakaran. Namun usaha ini sekalipun dapat membantu, tetap saja tidak mampu melayani seluruh masyarakat yang membutuhkan air bersih. Karena mobil yang dioperasikan untuk mendistribusikan air terbatas, dan sekarang dari yang semula ada tiga moil, tinggal dua yang difungsikan. Pendistribusian pun tidak lancar, karena dana operasional tidak lancar mengucur dari Pemda. Akibatnya, masyarakat yang menerima distribusi air harus menanggung (dipungut) biaya operasionalnya. Kondisi di atas menggambarkan tentang sulitnya air bersih di wilayah selatan Kabupaten Lombok Timur. Sehingga setiap musim kemarau tiba, masyarakat setempat selalu kerepotan dengan masalah air bersih. Seperti sekarang ini, walaupun hujan sudah mulai turun, tetapi air bersih masih menjadi barang langka, karea debit hujan masih terlalu kecil untuk tersimpan di dalam bumi sebaga air bersih yang dibutuhkan masyarakat, belum mampu mengairi sumur-sumur warga. Air bersih merupakan masalah yang begitu akrab dengan kehidupan masyarakat setempat. Karena pemerintah belum mampu memenuhinya, masyarakat harus tetap berusaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan pokoknya tersebut. Mereka harus berusaha memenuhinya dengan susah payah. Ada di antara mereka yang memperoleh air bersih dengan mengambil di sumur-sumur yang cukup jauh dari tempat tinggalnya, serta harus diperoleh dengan bagun pagi-pagi (subuh) dan harus antri dengan warga lainnya yang sama-sama haus dengan air. Banyak juga di antara mereka yang harus merogoh kocek membeli air bersih dengan jerigen, yang harganya berkisar antara Rp. 1.000 – 2.500 per jerigen. Air yang mereka peroleh dengan susah payah tersebut, harus dipakai sehemat-hematnya. Air bersih dimanfaatkan terutama untuk keperluan masak, mencuci, mandi dan keperluan ibadah. Tetapi sekali lagi pemanfaatannya harus seirit mungkin. Oleh karena itu, jangan heran kalau ada orang di wilayah tersebut yang hanya mandi satu kali dalam sehari, bahkan tidak mandi dalam satu atau beberapa hari, tergantung keadaan air yang dapat dikumpulkan (peroleh). Jangan juga heran kalau masyarakat setempat hanya mencuci pakaian satu kali dalam satu minggu atau dua minggu. Memperoleh satu leter air bagi masyarakat setempat lebih susah dari pada mendapatkan satu kilo gram beras. Apalagi pemerintah sampai dengan sekarang tetap mendistribusikan beras miskin (raskin), walaupun kualitasnya kurang/tidak baik. Oleh karena masyarakat setempat begitu akrab dengan masalah kekurangan air bersih, susah memperolehnya pada musim kemarau, maka apabila kita berkunjung ke wilayah tersebut berat rasanya kita meminta air secara percuma untuk menghilangkan dahaga walaupun hanya seteguk. Seolah-olah lebih baik kita minta uang atau beras daripada meminta air. Sampai kapan masalah ini dapat terselesaikan, memperoleh solusi untuk mengatasinya. Hanya pemerintah selaku penentu kebijakan yang mampu menjawabnya. Harapan terakhir masyarakat untuk dapat mengatasi kesulitan air, berada pada seberapa cepat penyelesaian mega proyek Bendungan Pandan Dure dan proyek pipanisasi terbaru yang sedang dikerjakan. Proyek pengaliran air dari wilayah Kecamatan Montong Betok ke wilayah selatan, sampai dengan sekarang masih menunai masalah dan diperkirakan tidak mampu memenuhi kebutuhan air bersih seluruh masyarakat di wilayah selatan. Semoga peroyek ini tidak mengalami nasib yang sama dengan proyek pipanisasi sebelumnya, yang setelah diresemikan airnya berhenti mengalir. Sedangkan Bendungan Pandan Dure yang juga berada di wilayah Kabupaten Lombok Timur, diperkirakan mampu mengairi seluruh areal lahan pertanian di wilayah selatan Kabupaten Lombok Timur dan sebagian wilayah selatan Kabupaten Lombok Tengah. Tetapi apabila bendungan tersebut tidak mampu dikelola sebagai seumber air bersih, hanya untuk mengairi lahan pertanian saja (air irigasi), serta proyek pipanisasi air bersih yang masih dikerjakan tidak dituntaskan masalahnya dengan sebaik-baiknya dan sumber mata airnya tetap terjaga dengan memelihara hutan Taman Gunung Renjani dari penebangan liar, maka persoalan air bersih bagi masyarakat Kabupaten Lombok Timur bagian selatan masih tetap berlanjut, dan masih akrab lagi menyapa kehidupan mereka. Semoga ada solusi terbaik untuk mengatasi masalah tersebut. Amin. Jerowaru Lombok Timur, 28 Nopember 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan masukan komentar Anda, tapi pergunakan bahasa yang sopan dan jangan tinggalkan spam.