Minggu, 27 Januari 2013

Pengembangan Karakter Melalui Pembinaan Imtaq di SMP Negeri 4 Jerowaru

A. Pendahuluan Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dewasa ini dan di masa depan, dapat memberikan dampak positif dan negatif. Salah satu dampak yang pasti terjadi adalah transpormasi sosial. Dimana terjadi perubahan menuju masyarakat yang bersifat global dengan bertumpu pada kekuatan iptek dan ekonomi. Dalam kehidupan berbangsa seperti ini, sifat individualisme dan konsumerisme menjadi sangat menonjol. Dampak lain yang muncul dari sifat hidup seperti itu adalah munculnya persoalan sosial dalam kehidupan berbangsa, termasuk di negeri tercinta ini. Dewasa ini bangsa Indonesia menghadapi persoalan sosial yang kompleks. Persoalan-persoalan tersebut, misalnya tercermin dari semakin maraknya korupsi yang merambah pada semua sektor kehidupan masyarakat, kesenjangan sosial-ekonomi-politik yang masih besar, kerusakan lingkungan yang terjadi di seluruh pelosok negeri, masih terjadinya ketidakadilan hukum, pergaulan bebas dan pornografi yang terjadi di kalangan remaja, pemerkosaan di tempat umum atau sarana publik, kekerasan dan kerusuhan (tindakan anarkis, konflik sosial dan kekerasan atas nama agama), serta penuturan bahasa yang buruk. Dengan demikian dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, telah terjadi dekadensi moral. Merosotnya moralitas, menyebabkan memudarnya karakter anak bangsa. Prinsip-prinsip moral, dan nilai-nilai budaya bangsa tidak lagi menjadi pegangan dalam kehidupan mereka atau tidak lagi melekat sebagai karakteristik diri. Dalam kondisi semakin rapuhnya karakter anak bangsa, internalisasi pendidikan karakter di lingkungan keluarga, masyarakat dan lembaga pendidikan (sekolah) menjadi sangat penting untuk berupaya memperkokohnya kembali. Pengembangan pendidikan karakter di satuan pendidikan, merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional, yang dituangkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di antara tujuan pendidikan nasional itu adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Ini berarti, tujuan pendidikan tidaklah semata-mata mengarahkan satuan pendidikan untuk mencetak wujud manusia yang hanya mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi atau memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi semata. Tetapi harus diimbangi oleh penguasaan dan kemampuan mengamalkan nilai-nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan kata lain, sekolah dituntut mengembangkan pendidikan berkarakter melalui pengembangan intelligence guotient, emotional quotient, dan spiritual quotient pada diri peserta didik dalam proses pembelajarannya. Oleh karena itu, nilai-nilai yang harus dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dan berangkat dari empat sumber dan pilar dasar yang sangat fundamental dalam kehidupan bangsa Indonesia, yaitu agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Nilai-nilai itu mencakup tujuh belas aspek nilai, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, senang membaca, peduli sosial, dan peduli lingkungan. Pengembangannya bisa dilakukan melalui kegiatan kokurikuler, ekstrakurikuler dan kegiatan pengembangan diri. Di samping itu, ditemukan adanya fakta bahwa peserta didik di SMP Negeri 4 Jerowaru Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat, pada setiap tahun pelajaran hampir setengahnya belum mampu membaca kita suci Al-Qur’an dengan lancar, serta belum bisa menghapal dan menguasai makna ayat-ayat pendek Al-Qur’an. Pada tahun pelajaran 2010/2011, terdapat 49,5 % berada pada kategori tersebut. Sedangkan pada awal tahun pelajaran 2011/2012, dari 99 % peserta didik yang beragama Islam terdapat 47 % yang belum lancar atau menguasai. Kenyataan ini akan berdampak pada terhambatnya peserta didik dalam menguasai materi pelajaran agama Islam, dan pelaksanaan ibadah atau ajaran agama Islam secara menyeluruh. Karena penguasaan terhadap kitab suci, merupakan kunci untuk mampu meningkatkan imtaq kepada Allah SWT. Mengingat hal ini, maka pengembangan karakter peserta didik di sekolah menjadi semakin penting dan mendasar. Apabila dicermati dalam kehidupan keluarga dan masyarakatnya, peserta didik SMP Negeri 4 Jerowaru ternyata lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dan menonton televise (TV). Banyak dari mereka yang tidak mendapat perhatian yang cukup dari orang tuanya untuk mempelajari Al-Qur’an, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakatnya. Pada rentang waktu antara sholat mahrib sampai dengan sholat isya, banyak di antara peserta didik yang tidak belajar mengaji di rumah atau di mushola-mushola yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Sebaliknya mereka memanfaatkan waktu untuk bermain-main atau menonton TV. Pada hal dalam kehidupan masyarakat Jerowaru, kebiasaan belajar mengaji pada rentang waktu itu sudah dilakukan sejak dulu. Pergeseran kebiasaan ini harus diantisipasi oleh sekolah dengan menerapkan program keagamaan, yang bisa membantu tugas keluarga dan masyarakat. Berangkat dari kerangka berpikir (latar belakang) di atas, maka SMP Negeri 4 Jerowaru berupaya mengembangkan pendidikan karakter bagi peserta didik, dalam hal ini dibatasi pada nilai (aspek) religius. Program yang dipilih untuk mengembangkannya adalah dengan melakukan pembinaan keimanan dan ketaqwaan (imtaq). Program semacam ini merupakan hal yang sudah lumrah dilakukan di satuan-satuan pendidikan. Tetapi dalam pengembangannya, mungkin terdapat sistem dan proses yang berbeda. Itulah sebabnya kami mengangkatnya sebagai kajian dalam tulisan ini. B. Tujuan Program pembinaan imtaq di SMP Negeri 4 Jerowaru, memiliki tujuan sebagai berikut. 1. Membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral. 2. Membekali peserta didik untuk dapat menangkal akibat negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi atau pergeseran (perubahan) sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. 3. Membantu peserta didik yang belum lancar membaca Al-Qur’an, dan penguasaan terhadap bacaan dan makna ayat-ayat pendek Al-Qur’an. 4. Membiasakan peserta didik dalam pengamalan ajaran agama Islam. C. Pembahasan Pendidikan yang berlangsung di satuan pendidikan adalah suatu proses yang bertujuan. Tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah pemanusiaan manusia muda. Untuk mencapai tujuan tersebut, satuan pendidikan menyusun program pembelajaran bagi peserta didik, terutama kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah berisi antara lain tentang struktur dan muatan kurikulum, yang di dalamnya juga mencantumkan pengembangan diri peserta didik. Salah satu bentuk program pengembangan diri yang di kembangkan di SMP Negeri 4 Jerowaru adalah program pembinaan imtaq. Program ini disusun dan ditetapkan setelah melalui tahapan sosialisasi dan mendapatkan persetujuan dari dewan guru dan stakeholder sekolah lainnya (komite sekolah dan orang tua peserta didik). Program imtaq ditetapkan sebagai salah satu program pengembangan diri wajib, artinya merupakan jenis pengembangan diri yang wajib diikuti oleh seluruh peserta didik, kecuali bagi yang tidak beragama Islam. Program imtaq juga dijadikan sebagai salah satu sumber untuk memberikan nilai akhlak mulia bagi peserta didik, yang dikoordinir oleh guru mata pelajaran agama. Program imtaq yang dikembangkan di SMP Negeri 4 Jerowaru, sesuai dengan kondisi, terdiri dari 3 (tiga) jenis kegiatan, yaitu : 1) tadarus Al-Qur’an; 2) yasinan, ceramah keagamaan, zikir dan do’a bersama; dan 3) bimbingan membaca Al-Qu’an di kelas. Kegiatan ini dibina oleh 4 (empat) orang guru pembina (guru agama/pembina imtaq), dan dibantu oleh guru-guru dan pegawai lainnya. Pemilihan model program seperti ini, mengingat sekolah ini masih tergolong baru yang belum memiliki fasilitas musholla. Dengan menerapkan model itu, kegiatan pembinaan imtaq bagi peserta didik, bisa memanfaatkan fasilitas sekolah yang ada, seperti teras gedung sekolah dan ruang kelas. Oleh karena sekolah belum memiliki musholla, program imtaq belum dapat diperluas model pelaksanaannya, misalnya yang berhubungan dengan praktik ibadah sholat, dan lainnya. Kegiatan ibadah sholat berjamaah, untuk sementara ini masih dilakukan bersifat insidental, yaitu dirangkai dengan pelaksanaan peringatan hari-hari besar Islam dan pesantren kilat pada bulan Ramadhan (pusa) yang dilaksanakan di sekolah dan bertempat di lapangan atau rungan kelas. Pelaksanaan program pembinaan imtaq ini diatur sebagai berikut. 1. Tadarus Al-Qur’an Kegiatan ini dilaksanakan 4 (empat) hari (efektif) dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu. Dimulai pada pukul 07.30 – 08.00 (30 menit), sebelum kegiatan pembelajaran di kelas dimulai. Guru pembimbing yang terlibat aktif dalam kegiatan ini terdiri dari 2 (dua) orang, sedangkan guru-guru dan pegawai yang lain mengawasi peserta didik. Untuk memudahkan jalannya pelaksanaan kegiatan, setiap peserta didik diwajibkan membawa Al-Qur’an setiap hari kegiatan dari rumah masing-masing, di samping menggunakan yang telah ada di sekolah. Al-Qur’an yang dimiliki sekolah masih sangat terbatas jumlahnya, baru terdapat 10 (sepuluh) buah yang diperoleh dari sumbangan masyarakat sekitar. Tadarus dilaksanakan bertempat di teras bangunan ruang kelas dan kantor, dengan menggunakan pengeras suara. Dalam kegiatan ini, peserta didik membaca Al-Qur’an secara bergiliran, sehingga semua mendapat kesempatan. Guru pembimbing bersama peserta didik yang tidak mendapat giliran pada hari yang bersangkutan, menyimak bacaan peserta didik dan meluruskan (memperbaiki) bacaan yang keliru. Guru pembina juga secara rutin mencatat (menandai) pada daftar hadir setiap peserta didik yang telah mendapat giliran membaca, dan siapa-siapa saja peserta didik yang belum lancar bacaannya pada hari yang bersangkutan untuk mendapat pembinaan lebih lanjut. Pada akhir kegiatan, guru pembimbing memimpin pembacaan do’a untuk menutup pelaksanaan kegiatan pada hari tersebut. 2. Yasinan, ceramah keagamaan, zikir dan do’a bersama Kegiatan ini dilaksanakan pada setiap hari Jum’at (efektif), mulai pukul 07.30 – 08.00 (30 menit), bertempat di teras bagunan kelas dan kantor. Dibina oleh 2 (dua) orang guru pembina, sedangkan guru dan pegawai yang lain mengawasi peserta didik dalam kegitan tersebut. Untuk memudahkan jalannya pelaksanaan kegiatan, setiap peserta didik diwajibkan membawa buku Yasin atau Al-Qur’an setiap hari kegiatan dari rumah masing-masing, di samping menggunakan yang telah ada di sekolah. Buku Yasin yang dimiliki sekolah masih sangat terbatas jumlahnya, baru terdapat 50 (lima puluh) buah/eksemplar yang diperoleh dari sumbangan masyarakat sekitar. Kegiatan diawali dengan membaca Surah Yasin secara bersama-sama, yang dipimpin oleh salah seorang dari perwakilan kelas yang ditunjuk (ditugaskan) atau punya giliran pada hari yang bersangkutan. Pimpinan pembacaan Surah Yasin, dilakukan secara bergilir untuk semua kelas, dan diwakili oleh salah seorang yang juga ditentukan secara bergilir. Setelah kegiatan ini selesai, dilanjutkan dengan ceramah keagamaan yang dikemas dalam bentuk kuliah tujuh menit (kultum). Selaku penceramah adalah guru pembina imtaq (bergilir). Penceramah juga diambil dari peserta didik yang memiliki kesiapan dan ditunjuk secara bergilir. Tema ceramah ditentukan oleh penceramah, tetapi diutamakan yang ada kaitannya dengan pendidikan (menuntut ilmu, akhlaq, ibadah, dan lain-lainnya). Kegiatan diakhiri dengan zikir dan do’a bersama, yang dipimpin oleh guru pembina imtaq atau siswa yang memiliki kemampuan dan dilakukan secara bergilir. Setelah kegiatan selesai, sebagai wujud pelaksanaan atau pengamalan ajaran agama, peserta didik dengan dikoordinir oleh ketua kelas masing-masing mengumpulkan amal seikhlasnya, yang kami istilahkan dengan nama tabungan akherat (tabah). Amal yang terkumpul dimasukkan ke kontak tabah yang telah disediakan oleh sekolah. Hasil amal dipergunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang telah diprogramkan oleh sekolah. 3. Bimbingan membaca Al-Qur’an di kelas Bimbingan membaca Al-Qur’an di dalam kelas, merupakan program lanjutan yang diberikan kepada peserta didik untuk meningkatkan atau memperdalam pemahaman dan kemampuannya dalam membaca Al-Qur’an dan tentang kandungan isi Al-Qur’an. Program ini diperuntukkan bagi semua siswa yang beragama Islam di setiap kelas. Bagi peserta didik yang teridentifikasi belum dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar dan fasih pada saat pelaksanaan kegiatan tadarus, diberikan pembinaan (bimbingan) membaca lanjutan di dalam kelasnya masing-masing. Bimbingan Al-Qur’an juga diarahkan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan peserta didik dalam meghafal dan memahami makna ayat-ayat pendek Al-Qur’an yang sangat berguna dalam meningkatkan pelaksanaan ibadah mereka kepada Allah. Disamping itu, melalui kegiatan bimbingan ini peserta didik diberikan materi-materi yang berhubungan dengan masalah keimanan dan ketaqwaan, dan membekali peserta didik untuk bisa berceramah (pidato) keagamaan. Kegiatan ini dilaksanakan secara terjadwal, menyatu dengan jadwal pelajaran sekolah. Alokasi waktu untuk masing-masing kelas sebanyak 40 menit (1 jam pelajaran). Guru pembina imtaq yang terlibat dalam kegiatan bimbingan ini adalah sebanyak 2 (dua) orang, yang berbeda dengan guru pembina dalam dua jenis kegiatan di atas. Pelaksanaan program imtaq di atas sangat sesuai dengan keadaan sosio kultural masyarakat di sekitar sekolah (setempat), dan cocok dengan kebutuhan peserta didik. Masyarakat Jerowaru sebagian besar merupakan pemeluk agama Islam, yang tentu saja dalam melakukan aktivitas-aktivitas kehidupan (sosial budaya) sehari-hari akan didasarkan (berpedoman) pada ajaran-ajaran Islam. Dalam kondisi masyarakat seperti itu, peserta didik perlu dibekali dengan materi-materi imtaq melalui program imtaq di sekolah. Dengan demikian pelaksanaan program tersebut sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Apalagi bila melihat kenyataan masih banyaknya peserta didik yang belum mampu membaca Al-Qur’an dan mereka belum sepenuhnya mendapat bimbingan keagamaan di lingkungan keluarga atau masyarakatnya. Melalui program ini, peserta didik didorong untuk mendalami kitab Al-Qur’an, yang merupakan kunci untuk dapat melaksanakan kegiatan ibadah secara keseluruhan. Dengan kata lain, melalui program ini peserta didik dibekali untuk dapat membaca dan mendalami isi Al-Qur’an, yang selanjutnya dijadikan sebagai modal dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam. Dalam evaluasi program yang dilakukan oleh sekolah, melalui rapat kerja kepala sekolah dengan dewan guru, pegawai dan pengurus OSIS, serta rapat antara sekolah dengan komite sekolah dan orang tua peserta didik, dapat diketahui beberapa hal terkait pelaksanaan program imtaq tersebut, secara umum antara lain. 1. Peserta didik menyambut positif kegiatan tersebut, dan mereka marasakan lebih bisa secara aktif mempelajari dan mendalami Al-Qur’an melalui program kegiatan imtaq yang diadakan di sekolah. 2. Guru pendidikan agama Islam merasa terbantu dan dapat lebih mempermudah tranformasi ilmu pengetahuan agama kepada peserta didik, karena mereka memiliki dasar-dasar pemahaman tentang Al-Qur’an. 3. Orang tua peserta didik dan komite sekolah merekomendasikan agar program tersebut tetap dilanjutkan oleh sekolah. Mereka menyimpulkan bahwa kegitan itu telah membantu mereka dalam mendidik anak-anaknya, terutama dalam masalah mempelajari Al-Qur’an. Bahkan banyak di antara mereka yang mengatakan bahwa setelah program tersebut dilaksanakan, anak-anak mereka menjadi lebih rajin belajar mengaji di rumah atau di mushola yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya, karena anak-anaknya merasa malu kepada teman-teman maupun gurunya kalau tidak bisa mengaji di sekolah. Tidak sedikit di antara mereka yang juga mengungkapkan bahwa setelah diberikan bimbingan anak-anaknya telah dapat berceramah (berpidato) tentang agama, serta bisa memimpin zikir dan do’a. 4. Dari catatan guru pembina imtaq, dapat diketahui bahwa pada tahun pelajaran 2010/2011 dari total 49,5 % siswa yang tidak mampu membaca Al-Qur’an, setelah mendapat pembinaan secara rutin dan intensif di sekolah terdapat 45,8 % telah mampu membaca Al-Qur’an dengan perincian 25,7 % berada kategori fasih dan 20,1 % berada pada kategori belum fasih membaca berdasarkan tajwid. Sedangkan 3,7 % peserta didik, setelah mendapat bimbingan, mereka masih tergolong belum mampu membaca Al-Qur’an, masih belum dapat menrangkai bacaan huruf-huruf Al-Qur’an dengan baik (membaca masih terbata-bata). Untuk peserta didik yang tergolong belum bisa ini, terus mendapat pembinaan pada tahun pelajaran 2011/2012 ini, kecuali bagi mereka yang telah lulus dari SMP Negeri 4 Jerowaru. Sedangkan hasil pembinaan pada tahun pelajaran 2011/2012, belum diketahui dan baru akan dilakukan evaluasi secara menyeluruh pada akhir tahun pelajaran. 5. Sekolah telah berupaya untuk mengembangkan potensi peserta didik dalam rangka pengembangan (pembentukan) karakter mereka melalui program kegiatan imtaq, baik potensi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Berdasarkan ke lima point uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa program kegiatan imtaq yang dilaksanakan di SMP Negeri 4 Jerowaru telah berdampak positif baik bagi peserta didik, guru, sekolah maupun bagi orang tua (masyarakat). Namun demikian, dalam pelaksanaan program ini terdapat beberapa kendala. Kendala-kendala yang dimaksud, antara lain : 1) belum tersedianya fasilitas ibadah (musholla) di sekolah; 2) tingkat kehadiran masyarakat (orang tau waki murid) pada saat pelaksanaan sosialisasi atau evaluasi program masih belum berada pada prosentase yang tinggi, rata-rata yang darir baru berkisar antara 55 % - 65 %; 3) masih ada siswa yang tidak mengikuti kegiatan program secara aktif dan serius, bahkan ada di antara mereka yang memilih pindah sekolah karena merasa tidak bisa membaca Al-Qur’an; 4) terdapat beberapa orang guru dan pegawai yang tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan imtaq (mengawasi); dan 5) kurangnya fasilitas air bersih untuk mendukung kelancaran pelaksanaan program, peserta didik banyak yang berwudhu dari rumah karena di sekolah ketersediaan air kurang. Keterlaksanaan program didukung oleh beberapa faktor pendukung. Misalnya antara lain : 1) adanya motivasi dan dukungan dari warga sekolah (peserta didik, guru dan pegawai); 2) motivasi dan dukungan dari orang tua peserta didik dan masyarakat, baik dukungan moral maupun pemberian sumbangan fasilitas Al-Qur’an dan buku Yasin; 3) pemahaman orang tua dan masyarakat tentang ajaran agama (beramal/bersodaqoh), sehingga mereka melalui anak-anaknya yang bersekolah, memberikan amal atau sumbangan melalui kotak tabungan akherat (tabah); dan 4) adanya dukungan dari tokoh agama (Tuan Guru) dan tokoh masyarakat setempat sebagai panutan. D. Penutup Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi atau globalisasi, telah berdampak negatif dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, termasuk bagi peserta didik. Dalam kondisi seperti itu dibutuhkan adanya pengembangan karakter peserta didik. Pengembangan karakter peserta didik merupakan kewajiban dan tanggung jawab sekolah dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, dan untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Di SMP Negeri 4 Jerowaru, sesuai dengan daya dukung yang dimiliki pengembangan karakter, salah satunya dilakukan melalui pelaksanaan program kegiatan yang bersifat religius, yaitu program kegiatan imtaq yang dibagi dalam 3 (tiga) jenis kegiatan. Program kegiatan imtaq, baik yang berupa tadarus Al-Qur’an, bimbingan Al-Qur’an di kelas, serta kegiatan yasinan, ceramah keagamaan, zikir dan do’a bersama, telah memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik, yang dapat dinilai baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Disamping berdampak bagi peserta didik, program kegiatan tersebut juga memerikan pengaruh yang baik bagi guru, sekolah, serta orang tua peserta didik dan masyarakat. Model pengembangan karakter peserta didik seperti itu, dapat dikembangkan di satuan-satuan pendidikan lainnya, dalam rangka ikut membantu peserta didik untuk menangkal pengaruh negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknlogi atau globalisasi. DAFTAR PUSTAKA Driyakara, 1986 Driyakara tentang Pendidikan, Yogyakarta : Penerbit Yayasan Kanisius. Jamal Ma’mur Asmani, 2010 Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, Yogyakarta : Penerbit Diva Press. Kemendiknas, 2010 Draf Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta : Kemendiknas. Kemendiknas, 2010 Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Pedoman Sekolah, Jakarta : Kemendiknas. I Gde Widja, 1991 “Pendididikan Sejarah dan Tantangan Masa Depan”, Orasi Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pendidikan Sejarah Pada FKIP Unud. Singaraja : FKIP UNUD. Jerowaru Lombok Timur, 28 Oktober 2011.
A. Pendahuluan Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), dewasa ini dan di masa depan, dapat memberikan dampak positif dan negatif. Salah satu dampak yang pasti terjadi adalah transpormasi sosial. Dimana terjadi perubahan menuju masyarakat yang bersifat global dengan bertumpu pada kekuatan iptek dan ekonomi. Dalam kehidupan berbangsa seperti ini, sifat individualisme dan konsumerisme menjadi sangat menonjol. Dampak lain yang muncul dari sifat hidup seperti itu adalah munculnya persoalan sosial dalam kehidupan berbangsa, termasuk di negeri tercinta ini. Dewasa ini bangsa Indonesia menghadapi persoalan sosial yang kompleks. Persoalan-persoalan tersebut, misalnya tercermin dari semakin maraknya korupsi yang merambah pada semua sektor kehidupan masyarakat, kesenjangan sosial-ekonomi-politik yang masih besar, kerusakan lingkungan yang terjadi di seluruh pelosok negeri, masih terjadinya ketidakadilan hukum, pergaulan bebas dan pornografi yang terjadi di kalangan remaja, pemerkosaan di tempat umum atau sarana publik, kekerasan dan kerusuhan (tindakan anarkis, konflik sosial dan kekerasan atas nama agama), serta penuturan bahasa yang buruk. Dengan demikian dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, telah terjadi dekadensi moral. Merosotnya moralitas, menyebabkan memudarnya karakter anak bangsa. Prinsip-prinsip moral, dan nilai-nilai budaya bangsa tidak lagi menjadi pegangan dalam kehidupan mereka atau tidak lagi melekat sebagai karakteristik diri. Dalam kondisi semakin rapuhnya karakter anak bangsa, internalisasi pendidikan karakter di lingkungan keluarga, masyarakat dan lembaga pendidikan (sekolah) menjadi sangat penting untuk berupaya memperkokohnya kembali. Pengembangan pendidikan karakter di satuan pendidikan, merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional, yang dituangkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di antara tujuan pendidikan nasional itu adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Ini berarti, tujuan pendidikan tidaklah semata-mata mengarahkan satuan pendidikan untuk mencetak wujud manusia yang hanya mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi atau memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi semata. Tetapi harus diimbangi oleh penguasaan dan kemampuan mengamalkan nilai-nilai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan kata lain, sekolah dituntut mengembangkan pendidikan berkarakter melalui pengembangan intelligence guotient, emotional quotient, dan spiritual quotient pada diri peserta didik dalam proses pembelajarannya. Oleh karena itu, nilai-nilai yang harus dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dan berangkat dari empat sumber dan pilar dasar yang sangat fundamental dalam kehidupan bangsa Indonesia, yaitu agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional. Nilai-nilai itu mencakup tujuh belas aspek nilai, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, senang membaca, peduli sosial, dan peduli lingkungan. Pengembangannya bisa dilakukan melalui kegiatan kokurikuler, ekstrakurikuler dan kegiatan pengembangan diri. Di samping itu, ditemukan adanya fakta bahwa peserta didik di SMP Negeri 4 Jerowaru Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat, pada setiap tahun pelajaran hampir setengahnya belum mampu membaca kita suci Al-Qur’an dengan lancar, serta belum bisa menghapal dan menguasai makna ayat-ayat pendek Al-Qur’an. Pada tahun pelajaran 2010/2011, terdapat 49,5 % berada pada kategori tersebut. Sedangkan pada awal tahun pelajaran 2011/2012, dari 99 % peserta didik yang beragama Islam terdapat 47 % yang belum lancar atau menguasai. Kenyataan ini akan berdampak pada terhambatnya peserta didik dalam menguasai materi pelajaran agama Islam, dan pelaksanaan ibadah atau ajaran agama Islam secara menyeluruh. Karena penguasaan terhadap kitab suci, merupakan kunci untuk mampu meningkatkan imtaq kepada Allah SWT. Mengingat hal ini, maka pengembangan karakter peserta didik di sekolah menjadi semakin penting dan mendasar. Apabila dicermati dalam kehidupan keluarga dan masyarakatnya, peserta didik SMP Negeri 4 Jerowaru ternyata lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain dan menonton televise (TV). Banyak dari mereka yang tidak mendapat perhatian yang cukup dari orang tuanya untuk mempelajari Al-Qur’an, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakatnya. Pada rentang waktu antara sholat mahrib sampai dengan sholat isya, banyak di antara peserta didik yang tidak belajar mengaji di rumah atau di mushola-mushola yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Sebaliknya mereka memanfaatkan waktu untuk bermain-main atau menonton TV. Pada hal dalam kehidupan masyarakat Jerowaru, kebiasaan belajar mengaji pada rentang waktu itu sudah dilakukan sejak dulu. Pergeseran kebiasaan ini harus diantisipasi oleh sekolah dengan menerapkan program keagamaan, yang bisa membantu tugas keluarga dan masyarakat. Berangkat dari kerangka berpikir (latar belakang) di atas, maka SMP Negeri 4 Jerowaru berupaya mengembangkan pendidikan karakter bagi peserta didik, dalam hal ini dibatasi pada nilai (aspek) religius. Program yang dipilih untuk mengembangkannya adalah dengan melakukan pembinaan keimanan dan ketaqwaan (imtaq). Program semacam ini merupakan hal yang sudah lumrah dilakukan di satuan-satuan pendidikan. Tetapi dalam pengembangannya, mungkin terdapat sistem dan proses yang berbeda. Itulah sebabnya kami mengangkatnya sebagai kajian dalam tulisan ini. B. Tujuan Program pembinaan imtaq di SMP Negeri 4 Jerowaru, memiliki tujuan sebagai berikut. 1. Membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral. 2. Membekali peserta didik untuk dapat menangkal akibat negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi atau pergeseran (perubahan) sosial budaya dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. 3. Membantu peserta didik yang belum lancar membaca Al-Qur’an, dan penguasaan terhadap bacaan dan makna ayat-ayat pendek Al-Qur’an. 4. Membiasakan peserta didik dalam pengamalan ajaran agama Islam. C. Pembahasan Pendidikan yang berlangsung di satuan pendidikan adalah suatu proses yang bertujuan. Tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah pemanusiaan manusia muda. Untuk mencapai tujuan tersebut, satuan pendidikan menyusun program pembelajaran bagi peserta didik, terutama kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah berisi antara lain tentang struktur dan muatan kurikulum, yang di dalamnya juga mencantumkan pengembangan diri peserta didik. Salah satu bentuk program pengembangan diri yang di kembangkan di SMP Negeri 4 Jerowaru adalah program pembinaan imtaq. Program ini disusun dan ditetapkan setelah melalui tahapan sosialisasi dan mendapatkan persetujuan dari dewan guru dan stakeholder sekolah lainnya (komite sekolah dan orang tua peserta didik). Program imtaq ditetapkan sebagai salah satu program pengembangan diri wajib, artinya merupakan jenis pengembangan diri yang wajib diikuti oleh seluruh peserta didik, kecuali bagi yang tidak beragama Islam. Program imtaq juga dijadikan sebagai salah satu sumber untuk memberikan nilai akhlak mulia bagi peserta didik, yang dikoordinir oleh guru mata pelajaran agama. Program imtaq yang dikembangkan di SMP Negeri 4 Jerowaru, sesuai dengan kondisi, terdiri dari 3 (tiga) jenis kegiatan, yaitu : 1) tadarus Al-Qur’an; 2) yasinan, ceramah keagamaan, zikir dan do’a bersama; dan 3) bimbingan membaca Al-Qu’an di kelas. Kegiatan ini dibina oleh 4 (empat) orang guru pembina (guru agama/pembina imtaq), dan dibantu oleh guru-guru dan pegawai lainnya. Pemilihan model program seperti ini, mengingat sekolah ini masih tergolong baru yang belum memiliki fasilitas musholla. Dengan menerapkan model itu, kegiatan pembinaan imtaq bagi peserta didik, bisa memanfaatkan fasilitas sekolah yang ada, seperti teras gedung sekolah dan ruang kelas. Oleh karena sekolah belum memiliki musholla, program imtaq belum dapat diperluas model pelaksanaannya, misalnya yang berhubungan dengan praktik ibadah sholat, dan lainnya. Kegiatan ibadah sholat berjamaah, untuk sementara ini masih dilakukan bersifat insidental, yaitu dirangkai dengan pelaksanaan peringatan hari-hari besar Islam dan pesantren kilat pada bulan Ramadhan (pusa) yang dilaksanakan di sekolah dan bertempat di lapangan atau rungan kelas. Pelaksanaan program pembinaan imtaq ini diatur sebagai berikut. 1. Tadarus Al-Qur’an Kegiatan ini dilaksanakan 4 (empat) hari (efektif) dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa, Rabu, Kamis dan Sabtu. Dimulai pada pukul 07.30 – 08.00 (30 menit), sebelum kegiatan pembelajaran di kelas dimulai. Guru pembimbing yang terlibat aktif dalam kegiatan ini terdiri dari 2 (dua) orang, sedangkan guru-guru dan pegawai yang lain mengawasi peserta didik. Untuk memudahkan jalannya pelaksanaan kegiatan, setiap peserta didik diwajibkan membawa Al-Qur’an setiap hari kegiatan dari rumah masing-masing, di samping menggunakan yang telah ada di sekolah. Al-Qur’an yang dimiliki sekolah masih sangat terbatas jumlahnya, baru terdapat 10 (sepuluh) buah yang diperoleh dari sumbangan masyarakat sekitar. Tadarus dilaksanakan bertempat di teras bangunan ruang kelas dan kantor, dengan menggunakan pengeras suara. Dalam kegiatan ini, peserta didik membaca Al-Qur’an secara bergiliran, sehingga semua mendapat kesempatan. Guru pembimbing bersama peserta didik yang tidak mendapat giliran pada hari yang bersangkutan, menyimak bacaan peserta didik dan meluruskan (memperbaiki) bacaan yang keliru. Guru pembina juga secara rutin mencatat (menandai) pada daftar hadir setiap peserta didik yang telah mendapat giliran membaca, dan siapa-siapa saja peserta didik yang belum lancar bacaannya pada hari yang bersangkutan untuk mendapat pembinaan lebih lanjut. Pada akhir kegiatan, guru pembimbing memimpin pembacaan do’a untuk menutup pelaksanaan kegiatan pada hari tersebut. 2. Yasinan, ceramah keagamaan, zikir dan do’a bersama Kegiatan ini dilaksanakan pada setiap hari Jum’at (efektif), mulai pukul 07.30 – 08.00 (30 menit), bertempat di teras bagunan kelas dan kantor. Dibina oleh 2 (dua) orang guru pembina, sedangkan guru dan pegawai yang lain mengawasi peserta didik dalam kegitan tersebut. Untuk memudahkan jalannya pelaksanaan kegiatan, setiap peserta didik diwajibkan membawa buku Yasin atau Al-Qur’an setiap hari kegiatan dari rumah masing-masing, di samping menggunakan yang telah ada di sekolah. Buku Yasin yang dimiliki sekolah masih sangat terbatas jumlahnya, baru terdapat 50 (lima puluh) buah/eksemplar yang diperoleh dari sumbangan masyarakat sekitar. Kegiatan diawali dengan membaca Surah Yasin secara bersama-sama, yang dipimpin oleh salah seorang dari perwakilan kelas yang ditunjuk (ditugaskan) atau punya giliran pada hari yang bersangkutan. Pimpinan pembacaan Surah Yasin, dilakukan secara bergilir untuk semua kelas, dan diwakili oleh salah seorang yang juga ditentukan secara bergilir. Setelah kegiatan ini selesai, dilanjutkan dengan ceramah keagamaan yang dikemas dalam bentuk kuliah tujuh menit (kultum). Selaku penceramah adalah guru pembina imtaq (bergilir). Penceramah juga diambil dari peserta didik yang memiliki kesiapan dan ditunjuk secara bergilir. Tema ceramah ditentukan oleh penceramah, tetapi diutamakan yang ada kaitannya dengan pendidikan (menuntut ilmu, akhlaq, ibadah, dan lain-lainnya). Kegiatan diakhiri dengan zikir dan do’a bersama, yang dipimpin oleh guru pembina imtaq atau siswa yang memiliki kemampuan dan dilakukan secara bergilir. Setelah kegiatan selesai, sebagai wujud pelaksanaan atau pengamalan ajaran agama, peserta didik dengan dikoordinir oleh ketua kelas masing-masing mengumpulkan amal seikhlasnya, yang kami istilahkan dengan nama tabungan akherat (tabah). Amal yang terkumpul dimasukkan ke kontak tabah yang telah disediakan oleh sekolah. Hasil amal dipergunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang telah diprogramkan oleh sekolah. 3. Bimbingan membaca Al-Qur’an di kelas Bimbingan membaca Al-Qur’an di dalam kelas, merupakan program lanjutan yang diberikan kepada peserta didik untuk meningkatkan atau memperdalam pemahaman dan kemampuannya dalam membaca Al-Qur’an dan tentang kandungan isi Al-Qur’an. Program ini diperuntukkan bagi semua siswa yang beragama Islam di setiap kelas. Bagi peserta didik yang teridentifikasi belum dapat membaca Al-Qur’an dengan lancar dan fasih pada saat pelaksanaan kegiatan tadarus, diberikan pembinaan (bimbingan) membaca lanjutan di dalam kelasnya masing-masing. Bimbingan Al-Qur’an juga diarahkan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan peserta didik dalam meghafal dan memahami makna ayat-ayat pendek Al-Qur’an yang sangat berguna dalam meningkatkan pelaksanaan ibadah mereka kepada Allah. Disamping itu, melalui kegiatan bimbingan ini peserta didik diberikan materi-materi yang berhubungan dengan masalah keimanan dan ketaqwaan, dan membekali peserta didik untuk bisa berceramah (pidato) keagamaan. Kegiatan ini dilaksanakan secara terjadwal, menyatu dengan jadwal pelajaran sekolah. Alokasi waktu untuk masing-masing kelas sebanyak 40 menit (1 jam pelajaran). Guru pembina imtaq yang terlibat dalam kegiatan bimbingan ini adalah sebanyak 2 (dua) orang, yang berbeda dengan guru pembina dalam dua jenis kegiatan di atas. Pelaksanaan program imtaq di atas sangat sesuai dengan keadaan sosio kultural masyarakat di sekitar sekolah (setempat), dan cocok dengan kebutuhan peserta didik. Masyarakat Jerowaru sebagian besar merupakan pemeluk agama Islam, yang tentu saja dalam melakukan aktivitas-aktivitas kehidupan (sosial budaya) sehari-hari akan didasarkan (berpedoman) pada ajaran-ajaran Islam. Dalam kondisi masyarakat seperti itu, peserta didik perlu dibekali dengan materi-materi imtaq melalui program imtaq di sekolah. Dengan demikian pelaksanaan program tersebut sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Apalagi bila melihat kenyataan masih banyaknya peserta didik yang belum mampu membaca Al-Qur’an dan mereka belum sepenuhnya mendapat bimbingan keagamaan di lingkungan keluarga atau masyarakatnya. Melalui program ini, peserta didik didorong untuk mendalami kitab Al-Qur’an, yang merupakan kunci untuk dapat melaksanakan kegiatan ibadah secara keseluruhan. Dengan kata lain, melalui program ini peserta didik dibekali untuk dapat membaca dan mendalami isi Al-Qur’an, yang selanjutnya dijadikan sebagai modal dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam. Dalam evaluasi program yang dilakukan oleh sekolah, melalui rapat kerja kepala sekolah dengan dewan guru, pegawai dan pengurus OSIS, serta rapat antara sekolah dengan komite sekolah dan orang tua peserta didik, dapat diketahui beberapa hal terkait pelaksanaan program imtaq tersebut, secara umum antara lain. 1. Peserta didik menyambut positif kegiatan tersebut, dan mereka marasakan lebih bisa secara aktif mempelajari dan mendalami Al-Qur’an melalui program kegiatan imtaq yang diadakan di sekolah. 2. Guru pendidikan agama Islam merasa terbantu dan dapat lebih mempermudah tranformasi ilmu pengetahuan agama kepada peserta didik, karena mereka memiliki dasar-dasar pemahaman tentang Al-Qur’an. 3. Orang tua peserta didik dan komite sekolah merekomendasikan agar program tersebut tetap dilanjutkan oleh sekolah. Mereka menyimpulkan bahwa kegitan itu telah membantu mereka dalam mendidik anak-anaknya, terutama dalam masalah mempelajari Al-Qur’an. Bahkan banyak di antara mereka yang mengatakan bahwa setelah program tersebut dilaksanakan, anak-anak mereka menjadi lebih rajin belajar mengaji di rumah atau di mushola yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya, karena anak-anaknya merasa malu kepada teman-teman maupun gurunya kalau tidak bisa mengaji di sekolah. Tidak sedikit di antara mereka yang juga mengungkapkan bahwa setelah diberikan bimbingan anak-anaknya telah dapat berceramah (berpidato) tentang agama, serta bisa memimpin zikir dan do’a. 4. Dari catatan guru pembina imtaq, dapat diketahui bahwa pada tahun pelajaran 2010/2011 dari total 49,5 % siswa yang tidak mampu membaca Al-Qur’an, setelah mendapat pembinaan secara rutin dan intensif di sekolah terdapat 45,8 % telah mampu membaca Al-Qur’an dengan perincian 25,7 % berada kategori fasih dan 20,1 % berada pada kategori belum fasih membaca berdasarkan tajwid. Sedangkan 3,7 % peserta didik, setelah mendapat bimbingan, mereka masih tergolong belum mampu membaca Al-Qur’an, masih belum dapat menrangkai bacaan huruf-huruf Al-Qur’an dengan baik (membaca masih terbata-bata). Untuk peserta didik yang tergolong belum bisa ini, terus mendapat pembinaan pada tahun pelajaran 2011/2012 ini, kecuali bagi mereka yang telah lulus dari SMP Negeri 4 Jerowaru. Sedangkan hasil pembinaan pada tahun pelajaran 2011/2012, belum diketahui dan baru akan dilakukan evaluasi secara menyeluruh pada akhir tahun pelajaran. 5. Sekolah telah berupaya untuk mengembangkan potensi peserta didik dalam rangka pengembangan (pembentukan) karakter mereka melalui program kegiatan imtaq, baik potensi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Berdasarkan ke lima point uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa program kegiatan imtaq yang dilaksanakan di SMP Negeri 4 Jerowaru telah berdampak positif baik bagi peserta didik, guru, sekolah maupun bagi orang tua (masyarakat). Namun demikian, dalam pelaksanaan program ini terdapat beberapa kendala. Kendala-kendala yang dimaksud, antara lain : 1) belum tersedianya fasilitas ibadah (musholla) di sekolah; 2) tingkat kehadiran masyarakat (orang tau waki murid) pada saat pelaksanaan sosialisasi atau evaluasi program masih belum berada pada prosentase yang tinggi, rata-rata yang darir baru berkisar antara 55 % - 65 %; 3) masih ada siswa yang tidak mengikuti kegiatan program secara aktif dan serius, bahkan ada di antara mereka yang memilih pindah sekolah karena merasa tidak bisa membaca Al-Qur’an; 4) terdapat beberapa orang guru dan pegawai yang tidak terlibat secara aktif dalam kegiatan imtaq (mengawasi); dan 5) kurangnya fasilitas air bersih untuk mendukung kelancaran pelaksanaan program, peserta didik banyak yang berwudhu dari rumah karena di sekolah ketersediaan air kurang. Keterlaksanaan program didukung oleh beberapa faktor pendukung. Misalnya antara lain : 1) adanya motivasi dan dukungan dari warga sekolah (peserta didik, guru dan pegawai); 2) motivasi dan dukungan dari orang tua peserta didik dan masyarakat, baik dukungan moral maupun pemberian sumbangan fasilitas Al-Qur’an dan buku Yasin; 3) pemahaman orang tua dan masyarakat tentang ajaran agama (beramal/bersodaqoh), sehingga mereka melalui anak-anaknya yang bersekolah, memberikan amal atau sumbangan melalui kotak tabungan akherat (tabah); dan 4) adanya dukungan dari tokoh agama (Tuan Guru) dan tokoh masyarakat setempat sebagai panutan. D. Penutup Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi atau globalisasi, telah berdampak negatif dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, termasuk bagi peserta didik. Dalam kondisi seperti itu dibutuhkan adanya pengembangan karakter peserta didik. Pengembangan karakter peserta didik merupakan kewajiban dan tanggung jawab sekolah dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, dan untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Di SMP Negeri 4 Jerowaru, sesuai dengan daya dukung yang dimiliki pengembangan karakter, salah satunya dilakukan melalui pelaksanaan program kegiatan yang bersifat religius, yaitu program kegiatan imtaq yang dibagi dalam 3 (tiga) jenis kegiatan. Program kegiatan imtaq, baik yang berupa tadarus Al-Qur’an, bimbingan Al-Qur’an di kelas, serta kegiatan yasinan, ceramah keagamaan, zikir dan do’a bersama, telah memberikan pengaruh positif dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik, yang dapat dinilai baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Disamping berdampak bagi peserta didik, program kegiatan tersebut juga memerikan pengaruh yang baik bagi guru, sekolah, serta orang tua peserta didik dan masyarakat. Model pengembangan karakter peserta didik seperti itu, dapat dikembangkan di satuan-satuan pendidikan lainnya, dalam rangka ikut membantu peserta didik untuk menangkal pengaruh negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknlogi atau globalisasi. DAFTAR PUSTAKA Driyakara, 1986 Driyakara tentang Pendidikan, Yogyakarta : Penerbit Yayasan Kanisius. Jamal Ma’mur Asmani, 2010 Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, Yogyakarta : Penerbit Diva Press. Kemendiknas, 2010 Draf Pedoman Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Jakarta : Kemendiknas. Kemendiknas, 2010 Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Pedoman Sekolah, Jakarta : Kemendiknas. I Gde Widja, 1991 “Pendididikan Sejarah dan Tantangan Masa Depan”, Orasi Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Ilmu Pendidikan Sejarah Pada FKIP Unud. Singaraja : FKIP UNUD. Jerowaru Lombok Timur, 28 Oktober 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan masukan komentar Anda, tapi pergunakan bahasa yang sopan dan jangan tinggalkan spam.