Minggu, 27 Januari 2013

Mengingat dan Mengenal Kembali Gaya Belajar Anak

Anak-anak di sekolah (peserta didik/siswa), memiliki karaktristik yang berbeda-beda, berasal dari latar belakang yang beaneka ragam, bergaul dan dibesarkan di lingkungan yang tidak sama. Aneka macam sifat dan kepribadian peserta didik tersebut, mempengaruhi cara atau gaya belajar mereka. Dengan mengenal gaya belajar mereka, guru tidak gampang menyalahkan anak-anak bila belum paham dalam materi pelajaran yang disampaikan atau tidak bisa menangkap pesan dari proses pembelajaran yang sedang berlangsung, dan hasil belajar peserta didik jauh di bawah standar kriteria ketuntasan minimal. Guru pun tidak cepat-cepat mengambil kesimpulan bahwa metode pengajaran yang diterapkan telah keliru. Memang melihat kondisi siswa seyogyanya dari akar masalahnya, dengan beberapa sudut pandang. Siswa, guru, ataukah sumber belajar. Yang jelas semua perlu solusi. Kita sudah banyak mengetahui tentang teori-teori cara belajar anak. Dalam buku Quantum Learning dipaparkan tiga modalitas belajar siswa. Ada yang pendengar aktif (auditori), pengamat yang teliti (visual), atau siswa yang lebih senang jungkir balik di kelas (kenestetik). Bagi anak yang suka menyimak (visual) memiliki ciri-ciri, antara lain melirik (lirikan) ke atas bila berbicara, berbicara dengan cepat, dan mata/pengelihatan memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, metode pembelajaran (pengajaran) yang digunakan sebaiknya lebih banyak menitikberatkan pada peraga/media, ajak mereka ke objek-objek yang berkaitan dengan materi pelajaran tersebut atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang memiliki gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka mudah mengingat jika menggunakan gambar-gambar dan lebih cepat belajar dengan menggunakan diagram, buku pelajaran bergambar serta video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sedetail-detailnya untuk mendapatkan informasi. Ciri khas anak yang punya gaya belajar visual adalah berbicara agak cepat, mementingkan penampilan dalam berpakaian atau presentasi, mengingat yang dilihat daripada yang didengar, serta lebih suka membaca daripada dibacakan. Selain itu, seringkali tahu apa yang harus dikatakan tetapi kesulitan memilih kata-kata, lebih suka gaya demonstratif daripada gaya berpidato, mempunyai kesulitan dalam mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering meminta bantuan teman mengulanginya. Cara memudahkan anak visual belajar, yakni gunakan materi-materi visual seperti gambar-gambar, diagram atau peta, gunakan warna untuk menandai hal-hal penting, ajak anak-anak membaca buku-buku berilustrasi, gunakan multimedia (contohnya video dan komputer), serta ajak anak-anak mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar. Untuk anak tipe pendengar (audio), menampakkan ciri-ciri, antara lain berbicara dengan lirikan ke kiri atau kekanan mendatar dan cara bicaranya sedang-sedang saja. Anak yang tipikal auditori mengandalkan keberhasilan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya). Anak-anak gaya auditori dapat belajar cepat dengan berdiskusi verbal dan mendengarkan penjelasan guru. Anak auditori mampu mencerna makna yang disampaikan melalui tune suara, tinggi rendah suara, kecepatan berbicara, serta hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang kurang bermakna bagi anak auditori. Anak-anak seperti ini, dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks suara keras atau mendengarkan kaset. Ciri khas gaya belajar anak auditori, yakni saat bekerja suka berbicara sendiri, berpenampilan rapi, mudah terganggu dengan keributan, belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada dilihat, senang membaca dengan keras dan mendengarkan, serta menggerakkan bibir dan menyebutkan tulisan di buku ketika membaca. Kemudian, lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik, bermasalah pada pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, berbicara dengan irama yang berpola, serta mampu menirukan nada, irama dan warna suara. Strategi mempermudah proses belajar anak auditori, antara lain ajak anak berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga, dorong anak membaca materi pelajaran dengan keras, gunakan musik dalam mengajarkan anak, dan diskusikan ide dengan anak secara visual. Sedangkan bagi anak yang sangat lincah bergerak (kinestetik), menampakkan ciri-ciri, antara lain ketika berbicara dengan lirikan ke bawah, berbicara lebih lambat, serta belajar melalui bergerak (gerak), menyentuh (sentuhan) dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam, karena keinginan mereka untuk beraktivitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Ciri khas anak kinestetik, yakni berbicara perlahan, berpenampilan rapi, tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan, belajar melalui memanipulasi dan praktik, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca, serta merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita. Selain itu, menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, menyukai permainan yang menyibukkan, tidak dapat mengingat geografi (kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu), menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, dan menggunakan kata-kata yang mengandung aksi. Memaksimalkan potensi anak kinestetik, dengan cara jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam, ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contoh : ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan objek sesungguh-sungguhnya untuk belajar konsep baru), izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar, gunakan warna terang dalam bacaan, izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musi, dan gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Mengenal tentang cara atau gaya belajar anak, sangat membantu guru dalam menetapkan strategi dan metode pembelajaran yang akan diterapkan. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otmatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Maka, jangan terlalu cepat kita menyalahkan peserta didik di sekolah, kalau mereka tidak suka terhadap mata pelajaran yang kita ajarkan, atau mereka sulit menerima materi pelajaran yang kita sampaikan. Tulisan ini hanya mengingatkan kembali tentang salah satu langkah yang harus kita tempuh dalam proses pembelajaran, yang sudah sama-sama kita ketahui dan pahami, yaitu cara atau gaya belajar. Jerowaru, Lombok Timur, 15 Mei 2012.
Anak-anak di sekolah (peserta didik/siswa), memiliki karaktristik yang berbeda-beda, berasal dari latar belakang yang beaneka ragam, bergaul dan dibesarkan di lingkungan yang tidak sama. Aneka macam sifat dan kepribadian peserta didik tersebut, mempengaruhi cara atau gaya belajar mereka. Dengan mengenal gaya belajar mereka, guru tidak gampang menyalahkan anak-anak bila belum paham dalam materi pelajaran yang disampaikan atau tidak bisa menangkap pesan dari proses pembelajaran yang sedang berlangsung, dan hasil belajar peserta didik jauh di bawah standar kriteria ketuntasan minimal. Guru pun tidak cepat-cepat mengambil kesimpulan bahwa metode pengajaran yang diterapkan telah keliru. Memang melihat kondisi siswa seyogyanya dari akar masalahnya, dengan beberapa sudut pandang. Siswa, guru, ataukah sumber belajar. Yang jelas semua perlu solusi. Kita sudah banyak mengetahui tentang teori-teori cara belajar anak. Dalam buku Quantum Learning dipaparkan tiga modalitas belajar siswa. Ada yang pendengar aktif (auditori), pengamat yang teliti (visual), atau siswa yang lebih senang jungkir balik di kelas (kenestetik). Bagi anak yang suka menyimak (visual) memiliki ciri-ciri, antara lain melirik (lirikan) ke atas bila berbicara, berbicara dengan cepat, dan mata/pengelihatan memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, metode pembelajaran (pengajaran) yang digunakan sebaiknya lebih banyak menitikberatkan pada peraga/media, ajak mereka ke objek-objek yang berkaitan dengan materi pelajaran tersebut atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis. Anak yang memiliki gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka mudah mengingat jika menggunakan gambar-gambar dan lebih cepat belajar dengan menggunakan diagram, buku pelajaran bergambar serta video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sedetail-detailnya untuk mendapatkan informasi. Ciri khas anak yang punya gaya belajar visual adalah berbicara agak cepat, mementingkan penampilan dalam berpakaian atau presentasi, mengingat yang dilihat daripada yang didengar, serta lebih suka membaca daripada dibacakan. Selain itu, seringkali tahu apa yang harus dikatakan tetapi kesulitan memilih kata-kata, lebih suka gaya demonstratif daripada gaya berpidato, mempunyai kesulitan dalam mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan sering meminta bantuan teman mengulanginya. Cara memudahkan anak visual belajar, yakni gunakan materi-materi visual seperti gambar-gambar, diagram atau peta, gunakan warna untuk menandai hal-hal penting, ajak anak-anak membaca buku-buku berilustrasi, gunakan multimedia (contohnya video dan komputer), serta ajak anak-anak mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar. Untuk anak tipe pendengar (audio), menampakkan ciri-ciri, antara lain berbicara dengan lirikan ke kiri atau kekanan mendatar dan cara bicaranya sedang-sedang saja. Anak yang tipikal auditori mengandalkan keberhasilan belajarnya melalui telinga (alat pendengarannya). Anak-anak gaya auditori dapat belajar cepat dengan berdiskusi verbal dan mendengarkan penjelasan guru. Anak auditori mampu mencerna makna yang disampaikan melalui tune suara, tinggi rendah suara, kecepatan berbicara, serta hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang kurang bermakna bagi anak auditori. Anak-anak seperti ini, dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks suara keras atau mendengarkan kaset. Ciri khas gaya belajar anak auditori, yakni saat bekerja suka berbicara sendiri, berpenampilan rapi, mudah terganggu dengan keributan, belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada dilihat, senang membaca dengan keras dan mendengarkan, serta menggerakkan bibir dan menyebutkan tulisan di buku ketika membaca. Kemudian, lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik, bermasalah pada pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, berbicara dengan irama yang berpola, serta mampu menirukan nada, irama dan warna suara. Strategi mempermudah proses belajar anak auditori, antara lain ajak anak berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam keluarga, dorong anak membaca materi pelajaran dengan keras, gunakan musik dalam mengajarkan anak, dan diskusikan ide dengan anak secara visual. Sedangkan bagi anak yang sangat lincah bergerak (kinestetik), menampakkan ciri-ciri, antara lain ketika berbicara dengan lirikan ke bawah, berbicara lebih lambat, serta belajar melalui bergerak (gerak), menyentuh (sentuhan) dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam, karena keinginan mereka untuk beraktivitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Ciri khas anak kinestetik, yakni berbicara perlahan, berpenampilan rapi, tidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan, belajar melalui memanipulasi dan praktik, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca, serta merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita. Selain itu, menyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca, menyukai permainan yang menyibukkan, tidak dapat mengingat geografi (kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu), menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, dan menggunakan kata-kata yang mengandung aksi. Memaksimalkan potensi anak kinestetik, dengan cara jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam, ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contoh : ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan objek sesungguh-sungguhnya untuk belajar konsep baru), izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar, gunakan warna terang dalam bacaan, izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musi, dan gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Mengenal tentang cara atau gaya belajar anak, sangat membantu guru dalam menetapkan strategi dan metode pembelajaran yang akan diterapkan. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik. Gaya belajar otmatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda. Maka, jangan terlalu cepat kita menyalahkan peserta didik di sekolah, kalau mereka tidak suka terhadap mata pelajaran yang kita ajarkan, atau mereka sulit menerima materi pelajaran yang kita sampaikan. Tulisan ini hanya mengingatkan kembali tentang salah satu langkah yang harus kita tempuh dalam proses pembelajaran, yang sudah sama-sama kita ketahui dan pahami, yaitu cara atau gaya belajar. Jerowaru, Lombok Timur, 15 Mei 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan masukan komentar Anda, tapi pergunakan bahasa yang sopan dan jangan tinggalkan spam.